Mahasiswa kini, bermedia sosial sejam, belajar sesaat

 






Sebenarnya itu hal ini hanya biasa saja, sering terlihat, dan tak perlu bersikap heran. Saat ini, hampir semua mahasiswa menganggap, bahwa belajar hanya waktu senggang, sesuatu yang tidak diproritaskan, itu terjadi, ketika tugas kampus ada, dibiarkan begitu saja, dia berkata “sebentar saja dikerjakan.”  Ditumpuk dan tak terpikirkan pula, ketika berhari-hari mulai sadar, tugas harus dikumpul, seakan-akan dirinya terdesak, itu kebiasaan.

Tipe kemalasan seperti ini lagi adalah gaya baru, kebodohan tak lagi menjadi sesuatu yang menjijikkan. Pada akhirnya, tugus-tugas kampus terus mengendalikan pikirannya. Dengan cepat bergegas mencari bahan tugas, rasa seperti kembali ke tempat yang telah dia tinggalkan. Dengan suasana yang sesak, hati yang berdenyut ketakutan akan sebuah tugas, sedikit lebay, hingga menjerit-jerit.

Suara petir menggelegar, pikirannya seakan-akan terbangunkan, tertidur dalam kemalasan. Otaknya belum stabil, akhirnya dipaksa berpikir. ke mana selama ini? apa saja dia lakukan Di kampus. Status mahasiswanya hanya sebatas itu, wah, ambyar.

Tugas besar seorang mahasiswa saat ini adalah bertentangan dengan pendiriannya sendiri, seperti yang terlihat saat ini, hanya hobi beleha-leha; waktunya terbuang begitu saja, bagaimana mengubah kecenderungan yang sudah terjerumus kemalasan.

Bersantai-santai telah menguasai keinginannya, akhirnya mereka kehilangan semangat belajarnya, lebih banyak bersantai, bermain game, atau buat video tiktok. Sikapnya lama-lama maki pesimis soal belajar, yang paling memalukan berjoget-joget di depan layar heandphone, hal yang populer saat ini.

“Intinyakan sarjana, gak perlu berwawasan luas.” Begitulah dia berpikir. Genarasi seperti ini, sudah maki rame aja, maki ribut-ribut di teras-teras warkop, apa betul dia sudah tak  perlu menatap masa depannya, atau kehilangan pikiran tentang itu.

Era saat ini, beraneka ragam bentuk kemalasan, kebiasaan yang terlestarikan, banyak pula digemari oleh mahasiswa, apalagi kalau sudah pada sibuk ngchat, semua terlewatkan, baginya sih itu tidak masalah, setidaknya hari-harinya terasa menyenangkan.

Telat untuk sadar, membuat diri menjadi tak berguna. Kemalasan makin ngegas, membuat pikirannya penuh kekosongan, gaduh, nyaring pula. Suka-suka merekalah, dasarnya saja pemalas, mau bagaimana lagi. Senior saya bilang, orang seperti itu hidupnya lagi kelabu, sedikit-sedikit bosan, lalu baring, tertawa.

Persoalan ini seharusnya menjadi gerak isyarat bagi mahasiswa, ketika dia ditekan dengan berbagai persoalan pengetahuan, mereka akan menjadi manusia yang rapuh, mengelu-ngelu, meminta pertolongan, agar tuhan turut membantunya.

Kita sebut saja, mahasiswa formalitas, layaknya simbol kekosongan, akan retak dalam waktu-waktu yang tertentu. Akhirnya, pikiran tak berkembang, masa bodoh, lalu ia berkata. ” ini sudah takdir tuhan.” 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GERAKAN MAHASISWA NUSA TENGGARA TIMUR (GEMA NTT) YPUP Makassar, sukses menggelar AMANAT PENGKADERAN REGENERASI ANGGOTA (AMPERA) Ke-XI.

HIMA PRODI PJKR STKIP YPUP mengadakan ORIENTASI DIDIK JASMANI tahun 2022

Kekasih pemuda organisasi