Pemuda dan perubahan pola pikirnya
Perubahan gaya hidup terus meningkat pesat, itu tak lepas seiring tumbuhnya perkembangan teknologi dalam era modernisasi ini, Kita sudah tahu, aktivitas teknologi telah mengambil peran penting dalam aktivitas masyarakat secara keseluruan, terus memegang kecenderungan kita, terutama oleh kaum muda. Kini mulai banyak kaum-kaum muda yang masa bodoh dengan kepentingan intelektualnya, mereka malas membaca, apalagi melakukan kegiatan-kegiatan diskusi bertukar gagasan.
Dengan munculnya suasana baru dalam lingkungan sosial, seperti tempat-tempat nongkrong yang bernuansa hedonis, di sana sering terlihat kumpulan-kumpulan pemuda yang sibuk cerita-cerita gaya hidup, ada juga asik bermain game. Menurut saya, ini semacam penurunan bagi kaum muda di indonesia, dari segi pola pikir, kita sudah lemah.
Apakah ada yang berpikir sama seperti saya? Mungkin masih ada, tetap saya juga perlu jaga diri, takutnya nanti saya dinilai sok-sok cerdas, sok tahu segalanya, aku tidak ingin teman-teman saya menilai seperti itu ke saya, aku hanya perlu memperhatikan saja, melihat perubahan-perubahan yang terjadi di sekitar, apalagi lingkungan kampus, jangan ditanya lagi, budaya literasi sudah makin mati.
Jadi jika sudah seperti ini, bagaimana para pemuda mau melindungi bangsa dari penindasa, kita biasa menyebutnya, bahwa mahasiswa agen perubahan, yang selalu siap mengawalkan kepentingan rakyat dan bertinfak kritis terhadap kebijakan pemerintah, rasanya itu sudah menjadi angin yang berlalu, perlahan-lahan mulai lenyap dalam lingkungan kemahasiswaan.
Perubahan-perubahan yang terjadi hal itu tak bisa terhindari, kita hanya perlu pandai-pandai membatasi diri kita, juga merawat akal kita. Kondisi lingkungan kita betul-betul sudah menjadi sangat pragmatis, para pemuda mulai berpikir realistis, tak perlu lagi berbicara tentang situasi bangsa, selama itu tak berhubungan dengan kepentingan perut.
Era modernisasi telah merubah sikap kaum muda, mereka hanya memikirkan kesenangan dengan kegiatan hedonis, ketawa-ketawa atau pergi liburan, semua itu telah mempengaruhi kecenderungannha, terus hanyut dalam kehidupan yang fantasi.
Gaya hidup seperti ini telah mempersempit pola pikir banyak orang, mulai keputusan-keputasannya telah ditentukan, terus diproduksi lewat media sosial, memberi sensasi besar terhadap kepentingan hidup, kehidupan yang sebab instan, membuat orang-,orang tak bersusah-susah lagi , budaya malas pun bermunculan.
Jika kita masih berharap bahwa peran pemudalah yang menentukan nasib bangsa, mulai sekarang kita perlu sadar, pelan-pelan kita intervensi diri, pola pikir mulai dirubah, bersifat empati terhadap kondisi bangsa, perbanyak diskusi juga baca buku, itu sudah sangat membantu para pemuda untuk kembali bangkit.
Perubahan zaman yang begitu cepat, di tengah gempuran hegemoni, kita hanya perlu menjaga akal sehat kita, dan kembali mengelorakan semangat. Terutama kaum muda, yang makin hari manghabiskan waktunya dengan berselancar dalam dunia maya. Bermain-main game, bermedsos sebagai bentuk penghambat melamahkan pola pikir. kaum muda mengalami kehilangan cultur literasi.
Tak ada lagi aktivitas berfikir kritis di kalangan kaum muda, budaya intelektual pun ikut redup di dalam perkembangan zaman, Kaum muda telah hanyut begitu jauh, mereka telah tengelam dalam lautan pragmatisme. Semoga kesadaran muncul kepermukaan untuk menyadari semua, dan bertindak untuk mengontrol diri terhadap perkembagan zaman yang begitu padat.
Komentar
Posting Komentar